Bagaimana mengajarkan yoga & mindfulness anak di sekolah ?
Penulis : Tina Maladi - Yoga Education Trainer
Jika anda seorang pengajar atau guru taman kanak-kanak atau Sekolah Dasar, pernahkah mengalami hal-hal seperti ini :
- Di hari pertama sekolah, seorang siswa TK menangis ketika diantar sekolah oleh ibunya sampai tidak mau masuk kelas.
- Saat circle time, salah satu siswa TK memilih untuk tidak mau ikut duduk di circle time dan ketika dibujuk malah menjerit-jerit sehingga menarik perhatian seisi kelas.
- Ketika mengerjakan tugas prakarya atau art & craft, seorang siswa kelas 1 SD menolak menggunakan lem karena tidak menyukai tekstur lem di tangan.
- Mendapati seorang murid SD kelas 2 yang ‘terlihat’ tidak memperhatikan guru saat mengajar karena menyandarkan kepala di meja dan melakukan corat-coret di bukunya.
Jika jawaban Anda “Ya” di beberapa situasi ini, tentunya Anda tidak sendirian. Karena situasi ini yang kami sering dengar dari para guru ketika mengikuti workshop kami.
Sebagai seorang yoga educator, tentunya ikut merasakan kesulitan yang dihadapi para guru dan pengajar dalam kesehariannya. Memang tidak mudah menghadapi murid-murid yang memiliki kemampuan belajar dan tumbuh kembang yang berbeda satu dengan lainnya. Jika guru tidak memiliki strategi mengajar yang tepat, maka dapat menguras tenaga baik fisik dan mental juga emosi yang tidak teregulasi. Hal ini harus bisa dihindari karena bisa membuat para guru menjadi burnout atau sangat letih.
Bulan Januari lalu, kami mengadakan sebuah seminar untuk para guru dan orangtua yang berjudul “Melatih Fokus Anak di sekolah dengan Yoga ” di Jakarta. Dalam seminar ini kami menjelaskan pentingnya para pendidik mengetahui konsep brain-based learning dalam menyampaikan materi di kelas. Peserta juga diajarkan mengapa gerakan dan pernapasan yoga dapat digunakan sebagai alat bantu meningkatkan fokus anak-anak di kelas. Yoga dapat mendukung brain-based learning di empat area, yaitu :
1. Gerakan 2. Bermain 3. Emosi 4. Pembelajaran Sosial
Ketika membicarakan atensi, fokus, proses belajar untuk siswa di sekolah tentunya tidak bisa terlepas dari pengertian dasar tentang cara kerja otak dan fungsi dari masing-masing lobus atau area otak. Riset menunjukkan bahwa otak kita sama seperti otot. Semakin sering kita menggunakan otak untuk mempelajari sebuah kemampuan baru seperti belajar bahasa asing, yoga atau proses berpikir dalam belajar maka akan lebih mudah dan kuat jaringan di otak kita.
“Neurons that fire together, wire together” - Donald Hebb, Neurophysyiologist, 1949
Dengan memberikan gerakan yoga di kelas akan membantu siswa dan guru untuk mendapatkan break/rehat sejenak. Pernapasan yoga untuk anak juga melatih siswa untuk mengenal mindfulness atau kesadaran diri yang sangat erat hubungannya dengan regulasi emosi. Sering kali setiap kita mendengar kata Mindfulness atau meditasi, gambaran yang muncul di pikiran kita adalah anak harus duduk bersila diam memejamkan mata dan tidak bergerak. Sehingga kita langsung mengambil kesimpulan hal itu tidak mungkin dilakukan. Sebenarnya ada perbedaan antara Mindfulness dan Meditasi. Meditasi adalah sebuah latihan yang dilakukan dalam posisi duduk bersila atau tidur telentang dan dalam posisi yang minimal gerak. Mindfulness yang di populerkan oleh Jon Kabat-Zinn, seorang profesor bidang kesehatan dari University of Massachusettes Medical School dan pendiri program Mindfulness Based Stress Reduction (MBSR) yang mengatakan inti dari Mindfulness/kesadaran diri itu adalah atensi pada saat sekarang. Jadi kita dapat melakukan mindfulness kapan saja. Saat berdiri sambil antri di kasir supermarket, saat makan, saat mengendarai mobil, saat menunggu bis di halte, saat mengajar dan saat mengambil keputusan. Dan jika kita menginginkan anak-anak untuk meregulasi emosi dengan mindfulness, maka harus dilatih dari sedini mungkin. Tentu saja melatih anak-anak harus dengan strategi yang sesuai dengan tumbuh kembang mereka. Sehingga dengan menerapkan yoga dan mindfulness di kelas, para guru dapat memiliki strategi yang tepat. Ketika dihadapkan dengan kondisi-kondisi di atas tadi, guru dan pengajar mampu mengatasinya dengan pengambilan keputusan yang mindful.
5 tips untuk guru dan pengajar untuk wellness :
- Melatih kesadaran diri dengan berlatih napas yoga seperti Napas dengan hitungan 4. Caranya : Menarik napas perlahan dari hidung dengan 4 hitungan, dan mengembuskan napas perlahan 4 hitungan. Ulangi 3-5 kali.
- Self-Care. Mengetahui kapan saatnya untuk istirahat atau mengambil tindakan yang diperlukan untuk rehat sejenak.
- Lakukan gerakan yoga 5-10 menit setiap hari. Bisa dimulai dari child pose, table top, cow & cat, dan cobra atau sphinx.
- Mencari mentor, support group dan program professional development yang sesuai dengan kebutuhan.
- Melakukan jurnaling untuk membantu merefleksikan diri.
Jika anda ingin mendapatkan info seminar dan workshop kami melalui newsletter, bisa isi nama dan email anda di kolom ini.