Kemampuan Motorik Penunjang Proses Belajar di Sekolah Pada Anak dengan Down Syndrome
Untuk dapat mengoptimalkan proses belajar anak dengan Down Syndrome tentunya kita harus mengetahui kemampuan apa saja yang dibutuhkan. Dalam buku Fine Motor Skill for Children with Down Syndrome (B, Maryanne. 2006) menyebutkan bahwa agar anak dapat melakukan aktivitas sehari-hari dan juga beraktivitas di sekolah dengan baik ada beberapa kemampuan yang harus dipersiapkan, diantaranya Stability, Bilateral Coordination, dan Sensation. Berikut penjelasannya :Stability (kestabilan), kestabilan yang dimaksud adalah : 1. Kestabilan posisi tubuh. 2. Kestabilan posisi bahu. 3. Kestabilan posisi tangan.Ketiga area ini sangat memegang peranan untuk kemampuan kontrol postur. Kami bahas satu persatu agar lebih jelas mengenai kestabilan pada area ini.
Kestabilan Posisi Tubuh
Secara tahapan kestabilan posisi tubuh harus berkembang dengan baik terlebih dahulu agar mencapai kestabilan posisi bahu dan posisi tangan. Kestabilan posisi tubuh yang diperlukan untuk persiapan sekolah antara lain kemampuan anak untuk mempertahankan posisi duduk dalam waktu tertentu dengan tetap menjaga kepala tidak diletakkan di meja atau ditumpu dengan tangan. Kenapa tubuh harus distabilkan dahulu sebelum bahu dan tangan? Karena jika tubuh tidak stabil maka akan terjadi yang disebut gerak kompensasi, misalnya untuk bertahan duduk anak menggunakan bahu dan tangan untuk mencapai kestabilan saat belajar.
Pada gambar diatas bisa dilihat bahwa saat anak melempar benda ke keranjang dibutuhkan posisi tubuh yang seimbang untuk berdiri tegak sehingga bahu dapat bergerak bebas kemudian benda bisa masuk ke keranjang (sesuai target).
Selain itu, kestabilan tubuh erat kaitannya dengan core muscle (otot-otot penyokong tubuh), core muscle tidak hanya otot bagian dada, perut, punggung atas, dan punggung bawah, tetapi juga otot diafragma (otot pernapasan) dan pelvic floor muscle (otot dasar panggul). Maka kemampuan stabilitas ini juga berhubungan dengan pernapasan. Pada tulisan Nelson, N. 2012 dengan judul Diaphragmatic Breathing : The Foundation of Core Stability menyatakan bahwa dengan mengoptimalkan pola napas akan meningkatkan kapasitas diafragma untuk melakukan perannya sebagai stabilizer dari trunk (batang tubuh). Saat kita terbiasa melakukan diaphragmatic breathing yang benar (napas perut), maka kestabilan tubuh juga akan lebih optimal. Saat kita menarik napas, otot diafragma akan berkontraksi turun ke bawah, otot punggung, perut, dan panggul akan tertekan keluar dan berkontraksi, lalu saat buang napas otot-otot tersebut akan rileks kembali. Melakukan latihan pernapasan rutin juga akan meningkatkan kapasitas paru yang juga penting untuk kemampuan bicara anak.
Kestabilan Posisi BahuSelanjutnya yang harus dicapai adalah kestabilan posisi bahu. Setelah tubuh stabil, bahu juga harus stabil dan tidak banyak bergerak saat lengan bawah bergerak untuk menulis. Kestabilan bahu ini membuat anak secara bebas menggerakkan lengan bawahnya sementara bahu menjaga posisi lengan. Contoh dari pentingnya kestabilan bahu adalah saat anak bermain menyusun balok, saat tangan dan lengan bawah menumpuk balok, bahu harus stabil agar tidak banyak gerakan yang dihasilkan dan gerakan lengan bawah menjadi lebih halus. Lalu ketika anak membawa mangkuk atau gelas berisi air, kestabilan bahu berperan menjaga lengan tetap diam atau stabil saat tubuh bergerak. Kestabilan bahu juga sangat penting pada aktivitas mewarnai pada anak.
Kestabilan bahu pada gambar diatas artinya anak mampu menahan bahu tetap terangkat dan tidak banyak bergerak saat tangan sedang fokus menyusun balok secara perlahan agar tidak jatuh.
Kestabilan Posisi TanganTerakhir adalah kestabilan tangan. Tangan bagian luar (sisi luar telapak tangan di bawah kelingking) harus mampu diam saat menulis, sedangkan yang bergerak hanya ketiga jari (ibu jari, telunjuk, dan jari tengah) saat tripod pinch. Hal ini bertujuan agar tulisan yang dihasilkan sesuai dengan garis, bentuk huruf jelas, dan terbaca oleh orang lain. Hal ini menjadi suatu tantangan tersendiri bagi anak dengan Down Syndrome karena adanya masalah tonus otot rendah.
Koordinasi BilateralSetelah kemampuan stabilisasi, kemampuan lain yang tidak kalah pentingnya adalah kemampuan koordinasi bilateral (bilateral coordination). Ini adalah kemampuan anak menggunakan kedua sisi tubuhnya (misalnya tangan kanan dan kiri). Tahapan perkembangan koordinasi bilateral adalah gerakan kasar yang simetris, atau dimana kedua tangan bertemu di tengah. Contohnya saat bayi, kedua tangan mampu memegang mainan di tengah tubuh atau memasukkan benda ke dalam mulut dengan kedua tangan, atau saat anak tepuk tangan. Lalu pada usia balita anak mampu bermain menggunakan kedua tangan dengan gerakan yang lebih terkoordinasi misalnya mengangkat dan menuang benda dari dalam kotak, atau membangun struktur sederhana dengan lego. Saat anak balita sudah mulai mengenal permainan sebab-akibat, misalnya saat bermain dengan mainan yang mengeluarkan suara saat tombolnya dipencet, anak akan menggunakan satu tangannya untuk memegang benda (diam) dan tangan lainnya untuk memencet tombol (bergerak). Lalu kemampuan koordinasi bilateral akan berkembang menjadi lebih kompleks yaitu menggunakan kedua tangan secara bersamaan tapi tugasnya berbeda, misalnya menggunting pola di kertas. Tangan yang satu bergerak dengan gunting, tangan yang satu lagi menggerakkan kertas agar dapat tergunting sesuai pola. Pada anak dengan Down Syndrome, kesulitan melakukan gerakan koordinasi bilateral bisa karena stabilitas tubuh yang belum optimal atau karena masalah penglihatan.
SensasiKomponen terakhir yang akan dibahas adalah Sensation. Pada Pyramid of Learning dari Williams & Shellenberg tentang komponen apa saja yang dibutuhkan anak untuk bisa mencapai pembelajaran akademik yang baik. Kemampuan dasarnya adalah terjadinya integrasi di 8 sistim sensori di tubuh kita. Ke delapan sistim sensori yang penting pada landasan piramida belajar adalah sebagai berikut : Ke-5 sensori yang kita kenal adalah : 1. Olfactory (penciuman) 2. Visual (penglihatan) 3. Auditory (pendengaran) 4. Gustatory (perasa) 5. Tactile (peraba)Ada sensori/indera yang dikenal dengan Inner Senses, yaitu : 1. Vestibular (keseimbangan) 2. Proprioception (sistim sensori yang memberi informasi dimana posisi tubuh) 3. Interoception (sensasi internal yang memberitahu saat kita haus, lapar, emosi, perlu BAB dan BAK) Sistim sensori ini sebagai sensor yang memungkinkan kita memberi respon yang tepat terhadap lingkungan dan perubahannya. Sistim sensori yang banyak berperan pada proses belajar di sekolah adalah taktil, propriosepsi, vestibular, auditory, dan visual. Setelah mengetahui apa saja kebutuhan apa saja yang perlu disiapkan untuk anak dengan Sindroma Down dan kemampuan apa saja yang dibutuhkan untuk belajar di sekolah, maka penting sekali para orang tua paham tahapan dan intervensi apa saja yang bisa dilakukan untuk membantu mengoptimalkan kemampuan-kemampuan tersebut. Disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter tumbuh kembang, atau spesialis seperti fisioterapis dan terapis okupasi di center tumbuh kembang anak. Program kami untuk anak dengan Sindroma Down, antara lain terapi gerak dengan metode penggunaan suit/ yang disebut Pediasuit ada juga Program Stimulasi Sensori yang bermain dan bergerak antara lain seperti aktifitas keseimbangan, lempar dan tangkap bola, bermain dengan playdough, berguling, merayap, merangkak, dan mandi bola serta latihan-latihan penguatan otot dan ketahanan tubuh seperti naik turun tangga, bersepeda, berjalan dan berlari, jumping jack. Kami juga mengenalkan gerakan Yoga untuk anak dengan Sindroma Down. Gerakan-gerakan yoga bisa membantu anak untuk meningkatkan kemampuan mereka, antara lain latihan pernapasan, latihan fleksibilitas, koordinasi gerak, serta penguatan otot dengan gerakan yoga. Gerakan yoga juga dibuat dan disampaikan dengan menyenangkan sehingga anak tertarik untuk mengikuti latihan.Jika membutuhkan informasi program untuk anak dengan Sindroma Down, bisa hubungi kami lewat email : terapipediasuit@gmail.com
Semoga artikel ini bisa membantu orang tua, guru dan pendidik untuk masa depan anak-anak kami. Terima kasih.