Mengapa Berlatih Berguling Penting untuk Anak kondisi Cerebral Palsy
Jika melihat milestones tumbuh kembang anak, kita tahu bahwa perkembangan anak dimulai dari mampu mengangkat kepala tegak di posisi telungkup pada usia 3 bulan, berguling di usia 6 bulan, merangkak di usia 8 bulan, hingga akhirnya mampu berjalan mandiri di usia 12 bulan. Tahapan ini tentunya tidak ada yang boleh terlewat agar pematangan otak dan perkembangan anak optimal.
- Pada anak Cerebral Palsy di level GMFM (Gross Motor Functional Measurement) VI dan V yang kemampuan mobilisasinya sangat terbatas, tentunya berguling menjadi salah satu aktivitas yang menantang dan sulit dilakukan. Banyak anak dengan kondisi Cerebral Palsy yang bisa ke posisi telungkup mandiri namun kesulitan untuk membalik badan ke posisi terlentang ataupun menopang tubuhnya di posisi telungkup dengan lengannya. Kemampuan mempertahankan posisi telungkup dan berguling sangat penting karena kemampuan ini adalah kemampuan dasar akan menentukan keberhasilan anak mencapai tugas perkembangan berikutnya yang lebih kompleks.
Telungkup adalah salah satu posisi anti gravitasi, saat diposisikan telungkup lalu anak mampu mempertahankan posisi kepala tegak berarti anak berhasil melakukan gerakan anti gravitasi (gerakan kepala melawan gravitasi dan tetap tegak). Keberhasilan ini menjadi penting karena setiap gerakan kita dipengaruhi oleh gaya gravitasi. Salah satu faktor penting dalam tumbuh kembang anak adalah refleks dasar (Primary Reflex). Eileen Richter, MPH, OTR/L. FAOTA seorang terapis okupasi dari Amerika Serikat, mengatakan dalam aktivasi otot melalui refleks dasar mulai dari perkembangan otot-otot, gerakan kepala (penguatan otot leher), Gallant (lateral trunk muscles), Crossed extension, Tonic Labyrinthine (TLR), Asymmetrical Tonic Neck Reflex (ATNR) harus terjadi dalam tumbuh kembang anak. Posisi telungkup menjadi proses natural untuk mendukung kematangan refleks dasar. Kematangan Primary Refleks sangat berhubungan dengan sistim proses sensori. Kemampuan melakukan gerakan anti gravitasi ini berhubungan dengan kematangan sistem sensori vestibular anak, jika sistem sensori vestibular anak tidak aktif maka anak akan sulit melakukan gerakan mata dan kepala serta mengkoordinasikan gerakan badan sehingga anak kesulitan untuk berguling mandiri.Jika anak tidak berhasil mempertahankan posisi anti gravitasinya, saat besar nanti akan banyak masalah yang dihadapi. Seperti tidak peka terhadap lingkungan, tidak aktif bergerak, ceroboh (clumsy) saat bergerak, koordinasi tubuh yang buruk, dan pada akhirnya dapat mempengaruhi sosioemosi anak.
Memperbanyak memposisikan anak di posisi telungkup dan latihan berguling akan memberikan beberapa manfaat. Anak akan mendapatkan input pada sistem sensorinya yaitu input visual (Ibu memberikan mainan atau mengajaknya bicara saat posisi berhadapan dengan anak), input taktil (sentuhan kulit lengan dan sisi depan bagian tungkai dengan matras atau alas tempatnya telungkup), dan input proprioseptif (tekanan pada kedua sikunya). Saat berguling terjadi perubahan posisi kepala anak yang tadinya terlentang menjadi telungkup, perubahan posisi ini memberikan input ke sistem sensori vestibularnya. Dalam buku Management of Cerebral Palsy In Children: A Guide For Allied Health Professionals disebutkan bahwa menciptakan lingkungan dan memberikan stimulasi sensori pada anak dengan Cerebral Palsy membantu mereka agar dapat memberikan respon yang sesuai terhadap input sensori yang diterima dari lingkungan.
Orang tua diminta untuk ikut aktif membantu anak berlatih berguling. Aktif disini adalah memberikan waktu sepenuhnya untuk anak sehingga dapat menjadikan sesi latihan ini menjadi menyenangkan seperti sedang bermain, tidak seperti sesi terapi dengan terapis di klinik. Karena dengan suasana yang menyenangkan, anak akan semakin termotivasi untuk bergerak dengan emosi yang baik, dengan emosi yang baik dan tidak merasa terancam anak akan semakin mudah mengingat dan mempelajari pola gerakan berguling yang ibu ajarkan. Sebelum melakukan latihan, berikut adalah media yang harus disiapkan :
1. Matras atau alas yang digunakan anak untuk berguling2. Mainan yang menarik (bisa menggunakan mainan bunyi, mainan dengan cahaya, atau mainan dengan warna yang dapat menarik perhatian anak atau mainan favorit anak)
Selanjutnya setelah media sudah disiapkan, tahapan yang bisa diikuti orang tua saat ingin melatih anak berguling di rumah bisa dilihat pada video di bagian bawah ini.
Saat anak sudah di posisi telungkup, bantu posisikan lengan anak untuk menopang dadanya dengan lengan bawah. Setelah itu ibu telungkup di depan anak lalu mengajaknya bicara, atau memberikan mainan yang disukai anak kemudian menggerakkannya perlahan ke kanan dan kiri agar kepala anak ikut bergerak. Bisa juga ibu memberikan input proprioseptif dengan cara memberikan tekanan pada kedua bahu anak. Jika terlihat anak sudah lelah dan kepala sering terkulai, bantu anak kembali ke posisi terlentang, dengan cara :1. Luruskan lengan kiri anak (jika akan berbalik ke sisi kiri)2. Tekuk lutut kanan anak, kemudian perlahan bawa tungkai kanan anak ke belakang hingga ke posisi terlentang (pegangan ibu berada di paha anak bagian dalam)
Hal yang harus diperhatikan saat memposisikan anak telungkup adalah ibu harus memperhatikan gestur dan ekspresi anak. Apakah anak nyaman atau memperlihatkan ekspresi kesakitan. Pada saat posisi telungkup sebisa mungkin ibu mendampingi anak, boleh dengan mengajak bicara, memberikannya mainan atau membaca buku bergambar bersama-sama. Saat memberikan bantuan agar anak bergerak (misalnya membantu mendorong lutut anak ke arah telungkup seperti pada video), ibu harus mengatur kekuatan yang dikeluarkan. Jika dirasa anak bisa melakukan gerakan sendiri, hanya berikan sedikit dorongan agar anak terstimulasi untuk melakukan gerakan secara mandiri.
Pada beberapa kasus anak dengan kondisi Cerebral Palsy, warna bibir anak akan mudah berubah menjadi kebiruan karena terlalu lelah beraktivitas atau saat berada di posisi yang membuatnya sulit untuk bernapas. Hal ini biasanya terjadi pada anak Cerebral Palsy dengan penyakit kelainan jantung bawaan atau masalah metabolik lainnya. Oleh karena itu, penting sekali anak harus dalam pengawasan orang tua atau pengasuh selama melakukan latihan.
Dengan kondisi anak Cerebral Palsy yang begitu kompleks, kami sarankan ibu untuk berkonsultasi dengan dokter anak atau dokter spesialis lainnya terkait kondisi umum anak agar ibu mengetahui apa yang harus diperhatikan saat memberikan latihan atau gerakan tertentu untuk anak. Dalam memberikan treatment untuk anak dengan kondisi Cerebral Palsy dibutuhkan kerjasama tim antara dokter anak, dokter spesialis yang dibutuhkan anak, fisioterapis, okupasi terapis, dan tenaga kesehatan lainnya agar hasil terapi dapat optimal.Untuk mendapatkan sesi konsultasi dan asesmen fisioterapi bagi anak dengan kondisi Cerebral Palsy bisa langsung menghubungi WhatsApp admin kami di nomor 0819 0509 1570 atau ke email kami di admin@pranasatyaindonesia.com.
Dengan kondisi anak Cerebral Palsy yang begitu kompleks, kami sarankan ibu untuk berkonsultasi dengan dokter anak atau dokter spesialis lainnya terkait kondisi umum anak agar ibu mengetahui apa yang harus diperhatikan saat memberikan latihan atau gerakan tertentu untuk anak. Dalam memberikan treatment untuk anak dengan kondisi Cerebral Palsy dibutuhkan kerjasama tim antara dokter anak, dokter spesialis yang dibutuhkan anak, fisioterapis, okupasi terapis, dan tenaga kesehatan lainnya agar hasil terapi dapat optimal.Untuk mendapatkan sesi konsultasi dan asesmen fisioterapi bagi anak dengan kondisi Cerebral Palsy bisa langsung menghubungi WhatsApp admin kami di nomor 0819 0509 1570 atau ke email kami di admin@pranasatyaindonesia.com.
Sumber :- NSW Ministry of Health. Management Of Cerebral Palsy In Children: A Guide For Allied Health Professionals. 2018. NSW Government
Penulis adalah Fisioterapis untuk anak di PSLC, Jakarta Selatan.

Video can’t be displayed
This video is not available.