Stimulasi dan Latihan Dasar Gerak Dasar Pada Cerebral Palsy
Bagian 1 : Untuk anak dengan kemampuan saat ini berguling, duduk dan merangkak.
Pentingnya mengedukasi khususnya para orangtua dan pengasuh yang memiliki anak dengan kondisi Cerebral Palsy (CP), dimana dalam kondisi Pandemi (Covid-19) yang telah berlangsung beberapa bulan terakhir membuat keterbatasan bagi para orangtua untuk membawa anaknya untuk menjalani sesi terapi, khususnya Fisioterapi, baik di Rumah sakit atau klinik. Dikarenakan adanya rasa khawatir salah satunya dengan kondisi penyerta (komorbid) pada anak dengan kondisi cerebral palsy, seperti adanya faktor komorbid area respiratori (pernapasan). Sehingga para orang tua atau pengasuh dapat memilih dan melakukan aktifitas stimulasi dan latihan gerak dasar sesuai kebutuhan anaknya. Juga adanya ketentuan terkait dengan pembatasan dan proses seleksi berdasarkan kondisi yang dapat menjalani sesi terapi secara langsung. Sebagaimana dianjurkan oleh Organisasi IFI (Ikatan Fisioterapi Indonesia).
Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan/atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang rentang kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutis dan mekanis) pelatihan fungsi, komunikasi. Sumber : Permenkes 65 Tahun 2015 dan Ikatan Fisioterapi Indonesia (IFI).
Cerebral Palsy (CP) memiliki berbagai macam definisi, terkait dengan main problem (masalah utama) pada area gerak atau motor dan postur yang disebabkan adanya lesi/kerusakan pada area otak. Sehingga Fisioterapi memiliki peranan yang sangat penting dalam mendukung support system pada anak dengan kondisi CP, mulai usia dini (0 tahun) hingga remaja dan dewasa. Dikategorikan sebagai CP jika terjadi pada masa Tumbang (Tumbuh dan Kembang), dapat terjadi pada masa kehamilan (prenatal), saat proses kelahiran (natal) dan post natal (setelah kelahiran).
IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) mendefinisikan, Tumbuh / pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran fisik. Anak menjadi bertambah berat dan tinggi. Kembang / perkembangan adalah bertambahnya kemampuan struktur dan fungsi tubuh menjadi lebih kompleks, contohnya kemampuan bayi bertambah dari berguling menjadi duduk, berdiri, dan berjalan. Kemampuan ini harus sesuai dengan umurnya, disebut tonggak perkembangan anak. Perkembangan otak yang sangat pesat pada usia dibawah 2 tahun ini disebut periode kritis perkembangan, dan merupakan waktu yang tepat untuk melakukan pemulihan, bila ada gangguan perkembangan.
Tipe CP berdasarkan topografi (area tubuh yang mengalami gangguan) dibagi menjadi 4: monoplegia, hemiplegia, diplegia, dan quadriplegia. Sedangkan klasifikasi CP berdasarkan otak (sistem saraf) terbagi menjadi 2 kategori yaitu area sistem syaraf Piramidal dan Ekstrapiramidal. Kedua kategori tersebut memiliki gambar klinis yang berbeda, disesuaikan dengan hasil pemeriksaan lebih lanjut. Pada kerusakan Piramidal biasanya terjadi kekakuan (spatisitas), sedangkan pada kerusakan Ekstrapiramidal biasanya terjadi involunter movement yang biasa terjadi pada CP dengan tipe athetoid, ataxic, dystonic.
Tipe CP berdasarkan topografi (area tubuh yang mengalami gangguan) dibagi menjadi 4: monoplegia, hemiplegia, diplegia, dan quadriplegia. Sedangkan klasifikasi CP berdasarkan otak (sistem saraf) terbagi menjadi 2 kategori yaitu area sistem syaraf Piramidal dan Ekstrapiramidal. Kedua kategori tersebut memiliki gambar klinis yang berbeda, disesuaikan dengan hasil pemeriksaan lebih lanjut. Pada kerusakan Piramidal biasanya terjadi kekakuan (spatisitas), sedangkan pada kerusakan Ekstrapiramidal biasanya terjadi involunter movement yang biasa terjadi pada CP dengan tipe athetoid, ataxic, dystonic.
Pada anak CP selain masalah postur dan gerakan, terdapat juga masalah penyerta seperti berikut:1. Kejang2. Gangguan tidur3. Gangguan pernafasan 4. Deformitas (kontraktur)5. Perubahan posisi sendi6. Gangguan penglihatan7. Gangguan pencernaan8. Gangguan bicara9. Gangguan pendengaran10. Saliva control problem11. Feeding problem12. Masalah sensori13. Intelectual Disability14. Gangguan perilaku
Pentingnya sistem sensori pada anak CP, memerlukan perhatian khusus. Sebagaimana diketahui sistem sensori merupakan sistem dasar yang mendukung kemampuan postur, gerakan sampai ke kemandirian, kemampuan akademik, dan perilaku. Sebagaimana dapat dilihat dalam salah satu tabel dibawah ini, terkenal sebagai “Pyramid of Learning”, National Training Laboratories, 1960, AS.
Memerlukan intervensi multidisiplin untuk anak CP sesuai dengan masalah penyerta, seperti dokter anak, dokter gigi, dokter saraf, bedah, ortopedi, gastro, urologi, pulmonologi, THT, mata, ahli gizi, terapis (fisioterapis, okupasi terapis, terapis wicara), psikolog, special education teacher, pekerja sosial. Selain itu juga dibutuhkan pemeriksaan penunjang seperti C scan, MRI, EEG, BERA dan sebagainya. Masing-masing multisisiplin tersebut akan memberikan intervensi sesuai kebutuhan anak dengan kondisi Cerebral Palsy, sehingga saling mendukung keberhasilan dalam memberikan penanganan juga pencapain goal treatment, terutama dalam hal proses tumbuh dan kembang yang lebih optimal.
Berikut beberapa tanda umum yang dapat terjadi pada anak cerebral palsy pada usia dini (kurang dari 1 tahun):
Infants (< 6 bulan):● Tidak dapat menahan kepala-leher saat diangkat dari posisi terlentang. ● Terasa kaku atau lemas.● Ketika diangkat, kedua tungkai kaku atau menyilang. ● Ketika diangkat, tubuh (leher-punggung) cenderung ke arah belakang (overextend), seperti mendorong-menjauhi.
Infants (> 6 bulan):● Tidak dapat berguling. ● Tidak dapat membawa tangan ke arah mulut. ● Sulit untuk membawa kedua tangan bersama (centering area).● Meraih dengan satu tangan, tangan lain dalam posisi “meninju” (fist).
Kondisi Cerebral Palsy memiliki berbagai macam kondisi klinis, sehingga memerlukan pemeriksaan yang lebih mendetail. Salah satunya menggunakan GMFCS (Gross Motor Function Classification System).
Kondisi Cerebral Palsy memiliki berbagai macam kondisi klinis, sehingga memerlukan pemeriksaan yang lebih mendetail. Salah satunya menggunakan GMFCS (Gross Motor Function Classification System).
Dalam tabel diatas dapat dilihat pengelompokan (level I sampai V) berdasarkan kemampuan anak dengan cerebral palsy dalam melakukan mobilisasi (seperti berjalan dan menaiki tangga), seberapa besar support atau bantuan yang diperlukan.Penting untuk diketahui bahwa ada beberapa faktor pendukung dalam keberhasilan pencapaian goal treatment diantaranya:
● Recognition atau Identifikasi dini, semakin awal teridentifikasi maka akan meningkatkan kemungkinan dalam pencapaian kapasitas fungsional seperti kemampuan gerak kasar (berguling, duduk, merangkak, berdiri dan berjalan).
● Intervensi dini, termasuk penanganan masalah penyerta yang melibatkan multidisiplin ilmu.
● Tingkat/luasnya kerusakan pada sistem saraf (otak), yang dapat didukung dengan pemeriksaan penunjang, dan gejala klinis yang muncul pada setiap individu anak dengan kondisi Cerebral Palsy.
Kemudian faktor lain yang mendukung adalah program latihan yang dilakukan harus konsisten dan kontinue. Terkait dengan kemampuan otak untuk mengalami Neuroplastisitas/Brain Plastisity/Sinaps Plastisity, dimana kemampuan sel saraf untuk membentuk koneksi yang baru diantara saraf yang menagalami lesi atau kerusakan. Hal ini memerlukan waktu dengan pengulangan yang berulang kali. Secara teori dikatakan proses pembetukan memory gerak memerlukan minimal 3 bulan untuk satu komponen gerak. (Serena M. Dudek and R. Douglas, 2002)
Berikut beberapa latihan dasar atau stimulasi yang dapat dilakukan di Rumah bersama orang tua atau pengasuh, diantaranya:
1. Positioning atau pengaturan posisi tubuh.Merupakan salah satu faktor penting dalam memelihara postur, dengan tujuan mencegah terjadinya perubahan bentuk/postur terutama pada area trunk (batang tubuh) seperti skoliosis atau kifosis. Disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan individu anak, seperti pada saat posisi tidur terlentang, tidur miring, tengkurap, dan duduk. Dengan memperhatikan kesegarisan tubuh (aligment) mulai dari posisi kepala, leher, area lengan, trunk/batang tubuh, dan area tungkai.
2. Stimulasi taktilTeknik yang biasa digunakan dengan tujuan stimulasi taktil atau peraba/kulit. Dapat menggunakan sikat sensori (Willbarger Brush), handuk kecil atau kain yang bertekstur. Dapat dimulai dengan media yang nyaman untuk anak. Lakukan secara bertahap dan lihat respon anak, seperti terjadinya kejang atau penolakan, juga adanya peningkatan spastisitas.
3. Deep massage Berikan pijatan manual dengan menggunakan tangan, tekanan yang diberikan sangat disesuaikan dengan batas toleransi anak, sehingga perlu evaluasi respon anak pada setiap sesi yang diberikan. Secara perlahan dapat dilakukan mulai dari area bahu, lengan, tangan hingga jari tangan. Kemudian area paha, betis, kaki hingga jari kaki. Lakukan bergantian antara sisi kanan dan kiri. Arah pijatan juga dapat dimodifikasi sesuai dengan respon anak. Sehingga Orang tua atau pengasuh dapat melakukan dari jari tangan-lengan-bahu. Juga pada anggota gerak bawah dapat dimulai dari arah jari kaki-betis-paha.
3. Deep massage Berikan pijatan manual dengan menggunakan tangan, tekanan yang diberikan sangat disesuaikan dengan batas toleransi anak, sehingga perlu evaluasi respon anak pada setiap sesi yang diberikan. Secara perlahan dapat dilakukan mulai dari area bahu, lengan, tangan hingga jari tangan. Kemudian area paha, betis, kaki hingga jari kaki. Lakukan bergantian antara sisi kanan dan kiri. Arah pijatan juga dapat dimodifikasi sesuai dengan respon anak. Sehingga Orang tua atau pengasuh dapat melakukan dari jari tangan-lengan-bahu. Juga pada anggota gerak bawah dapat dimulai dari arah jari kaki-betis-paha.
4. Latihan gerakDalam pemberian latihan gerak sangat tergantung pada kemampuan gerak anak, dapat dilakukan secara gerak aktif (anak secara sadar melakukan gerak sesuai instruksi), gerak aktif-assistive (dimana gerakan dilakukan dengan bantuan dari orang tua dan anak) atau gerak pasif (gerakan dilakukan oleh orang tua atau pengasuh terutama jika anak memiliki ketidakmampuan gerak dan mengikuti instruksi). Latihan dilakukan pada anggota gerak atas dan bawah, dengan selalu memperhatikan respon anak. Lakukan gerakan sesuai dengan batas gerak sendi, tidak over stretch untuk menghindari cedera.
5. Latihan sesuai dengan tahap perkembanganTahap perkembangan anak dimulai dengan mampu angkat kepala dan mempertahankannya di posisi tengkurap, dan juga anak harus bisa menggunakan lengan bawahnya untuk menumpu saat dada dan kepala terangkat. Kemampuan - kemampuan ini dibutuhkan anak pada tahap perkembangan berguling. Saat berguling, anak harus mampu angkat kepala dengan baik sehingga terbentuklah proses berguling yang optimal dan efisien. Setelah itu barulah anak bisa menuju tahap perkembangan selanjutnya yaitu duduk stabil. Saat duduk stabil anak harus memiliki kemampuan hand support (menumpu dengan kedua tangannya), karena kemampuan hand support ini penting agar anak dapat merubah posisi dari tidur terlentang atau tidur miring ke posisi duduk. Setelah semua komponen berkembang dengan baik maka kemampuan merangkak pun akan terbentuk. Saat merangkak terjadi stimulasi sensori propriosepsi, visual, dan vestibular serta penguatan otot penopang tubuh sehingga anak akan siap menuju tahap perkembangan berikutnya.
6. Latihan pernapasanSistem pernapasan merupakan salah satu fungsi vital dalam tubuh, sehingga perlu perhatian terutama pada anak dengan kondisi CP. Sebagaimana diketahui adanya tonus otot/postural yang terlalu tinggi atau bahkan terlalu lemas, sehingga akan berpengaruh pada kemampuan anak dalam mengontrol kemampuan bernapas. Anak dengan CP cenderung bernapas dengan pola yang cepat dan dangkal, bahkan adanya yang cenderung bernapas melalui mulut (mouth breathing). Fisioterapis akan memberikan berbagai macam pendekatan dengan modifikasi yang disesuaikan dengan kemampuan individu anak, latihan yang ditujukan untuk memperbaiki pola napas, membantu pengeluaran dahak/sputum pada jalan napas baik dengan teknik pijatan, tepukan (clapping, vibrasi) pada area dada, pengaturan posisi (postural drainage) yang dilakukan untuk “mengalirkan” dahak/sputum, sering dikenal dengan istilah chest physical therapy. Dapat juga dilakukan dengan pemberian aktivitas bermain yang memberikan efek pada area pernapasan seperti tiup gelembung, pom-pom atau bulu.
5. Latihan sesuai dengan tahap perkembanganTahap perkembangan anak dimulai dengan mampu angkat kepala dan mempertahankannya di posisi tengkurap, dan juga anak harus bisa menggunakan lengan bawahnya untuk menumpu saat dada dan kepala terangkat. Kemampuan - kemampuan ini dibutuhkan anak pada tahap perkembangan berguling. Saat berguling, anak harus mampu angkat kepala dengan baik sehingga terbentuklah proses berguling yang optimal dan efisien. Setelah itu barulah anak bisa menuju tahap perkembangan selanjutnya yaitu duduk stabil. Saat duduk stabil anak harus memiliki kemampuan hand support (menumpu dengan kedua tangannya), karena kemampuan hand support ini penting agar anak dapat merubah posisi dari tidur terlentang atau tidur miring ke posisi duduk. Setelah semua komponen berkembang dengan baik maka kemampuan merangkak pun akan terbentuk. Saat merangkak terjadi stimulasi sensori propriosepsi, visual, dan vestibular serta penguatan otot penopang tubuh sehingga anak akan siap menuju tahap perkembangan berikutnya.
6. Latihan pernapasanSistem pernapasan merupakan salah satu fungsi vital dalam tubuh, sehingga perlu perhatian terutama pada anak dengan kondisi CP. Sebagaimana diketahui adanya tonus otot/postural yang terlalu tinggi atau bahkan terlalu lemas, sehingga akan berpengaruh pada kemampuan anak dalam mengontrol kemampuan bernapas. Anak dengan CP cenderung bernapas dengan pola yang cepat dan dangkal, bahkan adanya yang cenderung bernapas melalui mulut (mouth breathing). Fisioterapis akan memberikan berbagai macam pendekatan dengan modifikasi yang disesuaikan dengan kemampuan individu anak, latihan yang ditujukan untuk memperbaiki pola napas, membantu pengeluaran dahak/sputum pada jalan napas baik dengan teknik pijatan, tepukan (clapping, vibrasi) pada area dada, pengaturan posisi (postural drainage) yang dilakukan untuk “mengalirkan” dahak/sputum, sering dikenal dengan istilah chest physical therapy. Dapat juga dilakukan dengan pemberian aktivitas bermain yang memberikan efek pada area pernapasan seperti tiup gelembung, pom-pom atau bulu.
Sebagai salah satu tempat terapi (center), Prana Satya Learning Center (PSLC) memiliki beberapa layanan/program terapi untuk anak dengan kondisi Cerebral Palsy, yaitu 1. Pediasuit therapy2. Hydrotherapy3. Oral Motor therapy4. Instrument Assisted Soft Tissue Mobilization (IASTM)5. Craniosacral therapy (CST)6. Yoga for Special Needs7. Therapeutic ListeningProgram tersebut sangat mendukung dalam meningkatkan kemampuan gerak dan memperbaiki postur, yang merupakan problem utama pada anak dengan kondisi CP. Dilakukan sesuai kebutuhan dan problem berdasarkan hasil pemeriksaan awal (assessment).