Hubungan Sensori dan Motorik Pada Anak dengan Keterlambatan Bicara
Pengertian Bicara berdasarkan National Institute of Deafness and Communication Disorder (NIDCD) Amerika Serikat adalah Bersuara, yang merupakan salah satu cara mengekspresikan bahasa, melibatkan koordinasi gerak antara bagian mulut (lidah, rahang, bibir dan pita suara) untuk memproduksi suara yang dapat dikenali dan membentuk bahasa. Berdasarkan pengertian di atas dikatakan bahwa bicara merupakan salah satu bentuk ekspresi verbal dari bahasa, dimana bahasa merupakan suatu proses komunikasi yang tidak hanya berbentuk verbal namun juga non verbal
Anak-anak mengalami perkembangan bicara dan bahasa sejak dalam kandungan, dan selama proses perkembangan menunjukkan peningkatan kemampuan. Seperti pada usia 4-6 bulan anak mulai mengoceh seperti “ba-ba-ba” dan “pa-pa-pa”, seiring bertambah usia anak mulai mengeluarkan kata-kata yang bermakna dan dapat dimengerti oleh orang sekitarnya, biasanya kemampuan ini muncul pada usia sekitar 12 bulan dan makin bertambah sampai pada usia sekolah. Bila anak mengalami keterlambatan perkembangan bicara, atau kemampuan bicara tidak sesuai dengan usianya bahkan tertinggal jauh, maka Anak dapat digolongkan mengalami Keterlambatan Bicara. Terdapat beberapa penyebab Keterlambatan Bicara, meliputi:
- Gangguan Perkembangan Tubuh
- Kemampuan anak untuk membentuk suara dan kata yang terhambat
- Gangguan pada area Oral Motor.
Kondisi keterlambatan bicara dapat mempengaruhi perkembangan anak sehari-hari, seperti gangguan belajar, kemampuan bermain, kemampuan sosial serta dapat mempengaruhi kondisi emosi anak. Hal ini dikarenakan saat anak mengalami keterlambatan bicara, maka anak akan mengalami kesulitan untuk mengekspresikan bahasa dan berkomunikasi baik dengan orang disekitarnya ataupun dengan teman sebaya, sehingga anak mudah frustasi, mengekspresikan dengan “cara lain” seperti mudah menangis, mengamuk atau bahkan melempar barang.
Proses bicara dimulai dari area pernapasan, udara merupakan bahan utama untuk menghasilkan suara. Saat melakukan proses pernapasan, kita menghirup udara dari luar (inhale) dan mengeluarkannya (exhale). Saat proses ekshalasi, untuk membentuk suara dan kata, udara akan bergerak naik ke saluran area Laring dimana terjadi proses Fonasi yaitu suara mulai terbentuk namun belum dibentuk menjadi sebuah kata. Pembentukan kata terjadi di area mulut atau yang dikenal dengan area Oral, pada area inilah terbentuk kata hasil dari gerakan artikulasi. Oleh karena itu berbicara memiliki keterkaitan erat dengan sistem pernapasan. Bila sistem pernapasan kita kuat maka suara yang dihasilkan dapat lebih panjang dan besar begitupun sebaliknya.
Proses berbicara juga dipengaruhi oleh aspek sensori pada tubuh. Sistem sensori bertugas untuk menerima dan menyampaikan informasi dari dalam tubuh dan luar tubuh, sistem sensori yang terdapat pada tubuh kita mulai dari Penglihatan (Visual), Pendengaran (Auditory), Penciuman (Olfactory), Pengecap (Gustatory), Peraba (Taktil), Vestibular (Gerak dan Keseimbangan), Proprioseptif (Sensasi pada sendi dan Otot), serta Interoception (Sensasi dari dalam tubuh). Seluruh sistem sensori inilah yang bertugas untuk memberikan informasi ke otak, sehingga otak dapat mengolah informasi dan meneruskan informasi ke seluruh tubuh. Sistem sensori yang terintegrasi dengan baik memberikan kematangan pada aspek-aspek berikut: Regulasi Diri, Perkembangan Oral Motor, Perkembangan Mata-Tangan, Body Scheme and Coordination, Movement in space, Kognitif, Bahasa, Kemampuan sosial-emosi.
Pendengaran atau Auditori merupakan bagian sistem sensori yang dominan dalam proses bicara, gangguan bicara selalu dikaitkan dengan gangguan pada area pendengaran. Namun sebenarnya tidak hanya Auditory saja yang mempengaruhi proses bicara, sistem sensori seperti peraba (Tactile), sensasi sendi dan otot (Proprioception) yang bertugas untuk merasakan gerakan, mulai dari pergerakan udara dan gerakan artikulasi, Penglihatan (Visual) serta keseimbangan dan gerak (Vestibular) saling berhubungan dan membantu proses pembentukan suara dan kata. Bila salah satu bagian mengalami masalah atau tidak terintegrasi dengan baik maka akan mempengaruhi sistem sensori secara keseluruhan sehingga anak kesulitan atau tidak mampu menerima, membedakan, memproses, dan merespon informasi dalam proses berbicara.
Proses bicara bila disimpulkan berdasarkan penjelasan di atas maka dimulai dari sistem sensori yang menerima input suara melalui sistem Auditori, kemudian informasi ini diteruskan ke otak dan diolah untuk memberikan respon yang tepat. Sinyal dari otak akan diteruskan ke sistem motorik dan menggerakkan area pernapasan dan naik sampai membentuk artikulasi menjadi kata yang sesuai dengan input yang diberikan. Proses ini akan berjalan dengan baik bila sistem sensorik sudah terintegrasi dengan baik dan sistem motorik siap membentuk gerakan.
Sehingga saat menghadapi anak dengan keterlambatan bicara yang harus diperhatikan mulai dari sistem yang paling dasar yaitu sistem sensorik, untuk melihat apakah sistem sensorik dapat menerima dan memproses input dengan baik. Kemudian dari sistem motorik apakah otot dan sendi dapat berkoordinasi dan bergerak bersama untuk menghasilkan kata dengan baik. Stimulasi yang harus diberikan pada anak dengan keterlambatan bicara tidak hanya melalui oral motor saja tapi juga melihat kondisi anak. Bagaimana kemampuan sensorik dan motorik anak? Bagaimana pola nafasnya? Apakah ada masalah atau gangguan pada area tersebut? Serta berangkat dari apa yang disukai anak. Aktivitas bermain dapat membantu memberikan dampak yang positif pada anak. Deteksi awal dari keterlambatan berbicara sangat menentukkan intervensi atau treatment yang dilakukan pada anak, karena Orang Tua dapat mengetahui pada area atau bagian mana yang harus dipenuhi terlebih dahulu.
Program Teletherapy
Saat ini dalam masa pandemi, Prana Satya Learning Center selain melakukan pembatasan dengan jumlah kedatangan klien kami memiliki Program Terapi jarak jauh (Teletherapy) yang bisa dilakukan di rumah dan didampingi Orang Tua atau Pendamping anak (Caretaker). Pemeriksaan (asesmen) dan program dilakukan secara daring dan dikirimkan kepada Orang Tua untuk didiskusikan dan selanjutnya untuk penentuan program. Program yang sudah disusun oleh terapis akan dikirim 1 (satu) hari sebelumnya agar Orang Tua atau Pendamping anak (Caretaker) dapat mempersiapkan media atau alat yang perlu dipersiapkan. Namun bila menginginkan untuk datang langsung, kami akan menyediakan waktu khusus dengan mengatur ruangan dan kedatangan klien yang lain. Terapis dan petugas Administrasi kami menggunakan APD selama berinteraksi dengan klien sehingga Bapak, Ibu tidak perlu khawatir.