Penanganan Kondisi Down Syndrome Melalui Pendekatan Okupasi Terapi (OT)
V, anak laki-laki usia 3 tahun hadir di center kami dalam 3 kali seminggu. Program yang kami berikan untuk V antara lain untuk mengajarkan duduk secara mandiri. V adalah anak dengan kondisi Down Syndrome. Sebagai informasi, Down Syndrome (DS) adalah kelainan genetik yang terjadi ketika ada satu salinan ekstra dari kromosom nomor 21 (trisomi 21). Dengan adanya faktor ini, maka anak dengan kondisi DS dari segi fisik akan mengalami keterlambatan tumbuh kembang. Kondisi yang secara umum sering terjadi adalah tonus otot rendah (hipotonus), jari-jari tangan pendek, lingkup gerak sendi berlebih. Di beberapa anak ada juga yang mengalami gangguan pendengaran dan penglihatan, sehingga dibutuhkan program intervensi untuk membantu kemandiriannya.
Metode program yang kami berikan di PS Learning Center untuk V antara lain, terapi gerak dengan menggunakan suit/rompi PediaSuit, Hydro Therapy (Terapi gerak di kolam air hangat) dan Oral Placement Therapy. Sebagai okupasi terapis (OT) , kami membantu anak-anak dengan kondisi gangguan pada fisik, sensori, komunikasi dan sosial-emosional agar dapat mandiri dan berpartisipasi dalam kehidupan sehari-hari mereka. Setelah menjalani program terpadu sejak 2017, saat ini V sudah mampu berguling, tengkurap, merayap, duduk, dan dapat memahami lawan bicara walaupun V belum berkomunikasi secara verbal. Kami mencoba memberikan program komunikasi dengan metode visual support untuk V. Tahapan berikut yang masih menjadi tantangan V, antara lain merangkak, berlutut, berdiri, dan berjalan. Intervensi yang dibutuhkan antara lain okupasi terapi, fisioterapi, dan terapi wicara. Stimulasi yang diberikan OT dalam sesi di center biasanya diawali dengan stimulasi motorik kasar karena dibutuhkan stabilisasi di sendi-sendi besar dan penguatan otot penyokong tubuh. Contoh latihan stimulasi motorik kasar dan penguatan otot yang bisa dilakukan baik di klinik maupun di rumah untuk anak dengan kondisi DS berusia 2-5 bulan (yang belum bisa tengkurap dan menegakkan kepala) adalah miring, berguling, tengkurap. Latihan tersebut bisa dilakukan di kasur dengan posisi awal anak terlentang dan kita membantu menggerakkan salah satu tungkai anak menyilang ke tubuh anak.
Metode program yang kami berikan di PS Learning Center untuk V antara lain, terapi gerak dengan menggunakan suit/rompi PediaSuit, Hydro Therapy (Terapi gerak di kolam air hangat) dan Oral Placement Therapy. Sebagai okupasi terapis (OT) , kami membantu anak-anak dengan kondisi gangguan pada fisik, sensori, komunikasi dan sosial-emosional agar dapat mandiri dan berpartisipasi dalam kehidupan sehari-hari mereka. Setelah menjalani program terpadu sejak 2017, saat ini V sudah mampu berguling, tengkurap, merayap, duduk, dan dapat memahami lawan bicara walaupun V belum berkomunikasi secara verbal. Kami mencoba memberikan program komunikasi dengan metode visual support untuk V. Tahapan berikut yang masih menjadi tantangan V, antara lain merangkak, berlutut, berdiri, dan berjalan. Intervensi yang dibutuhkan antara lain okupasi terapi, fisioterapi, dan terapi wicara. Stimulasi yang diberikan OT dalam sesi di center biasanya diawali dengan stimulasi motorik kasar karena dibutuhkan stabilisasi di sendi-sendi besar dan penguatan otot penyokong tubuh. Contoh latihan stimulasi motorik kasar dan penguatan otot yang bisa dilakukan baik di klinik maupun di rumah untuk anak dengan kondisi DS berusia 2-5 bulan (yang belum bisa tengkurap dan menegakkan kepala) adalah miring, berguling, tengkurap. Latihan tersebut bisa dilakukan di kasur dengan posisi awal anak terlentang dan kita membantu menggerakkan salah satu tungkai anak menyilang ke tubuh anak.
Aktifitas Berguling
Sedangkan untuk latihan tengkurap dan mengangkat kepala, aktifitas lain yaitu anak diposisikan tengkurap di atas bola gymnastic atau di atas balok bidang miring/wedge yang dilapisi perlak atau disangga guling dada dan perut anak. Kemudian diberikan mainan di depan anak agar anak mau mendongak. Untuk meningkatkan motivasi anak, kita bisa menggunakan mainan yang berwarna cerah/primer (merah, kuning, hijau/biru) dan mainan yang ada suara/musik. Juga harap berhati-hati saat menstimulasi gerakan karena lingkup gerak sendi anak dengan kondisi DS berlebih/hipermobile dan tonus otot rendah yang bisa menyebabkan cedera.
Bisa juga latihan motorik kasar dan motorik halus digabungkan. Misalnya, saya memberikan tantangan kepada V yaitu merayap (motorik kasar) di atas bean bag untuk mengambil bola dan slinki (motorik halus) atau merayap sambil membawa mainan. V juga diperkenalkan posisi merangkak statis/diam dengan cara perut V disangga dan kedua kaki ditekuk ke posisi merangkak. Selain itu bisa juga saat V merayap, kita memberikan stimulasi merangkak dengan sedikit mengangkat panggul atau tungkai bawah/betis V diarahkan ke gerakan merangkak. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kekuatan otot V saat merayap, latihan motorik halus, dan stimulasi tahap perkembangan berikutnya. Tantangan yang lain bisa seperti merayap di crashpad, matras dengan ditambah rintangan guling.
Bisa juga latihan motorik kasar dan motorik halus digabungkan. Misalnya, saya memberikan tantangan kepada V yaitu merayap (motorik kasar) di atas bean bag untuk mengambil bola dan slinki (motorik halus) atau merayap sambil membawa mainan. V juga diperkenalkan posisi merangkak statis/diam dengan cara perut V disangga dan kedua kaki ditekuk ke posisi merangkak. Selain itu bisa juga saat V merayap, kita memberikan stimulasi merangkak dengan sedikit mengangkat panggul atau tungkai bawah/betis V diarahkan ke gerakan merangkak. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kekuatan otot V saat merayap, latihan motorik halus, dan stimulasi tahap perkembangan berikutnya. Tantangan yang lain bisa seperti merayap di crashpad, matras dengan ditambah rintangan guling.
Aktifitas Merayap
Selanjutnya untuk menstimulasi kemampuan motorik halus bisa dimulai dengan mengambil, memegang, memasang, melepas mainan/puzzle/peg paku. Ukuran mainan bisa di gradasi dimulai dari ukuran yang besar/lebih mudah digenggam ke ukuran lebih kecil. Berhati-hatilah dengan mainan yang berukuran kecil karena bisa tertelan oleh anak. Sedangkan latihan motorik halus berkaitan dengan aktivitas sehari-hari contohnya mengancingkan baju, melepas kancing, menjepit, dan sebagainya.
Aktifitas Stimulasi Motorik Halus
Contoh mainan yang berukuran kecil (pom pom bulu kecil, kancing, dan pasta)
yang berbahaya karena bisa tertelan oleh anak
Hal yang sering ditemui pada anak-anak dengan kondisi Down Syndrome adalah gangguan pada proses sensori*. Ada 8 sistem sensori yang perlu diketahui, yaitu :
Tiga sistem sensori terakhir disebut inner senses. Contoh stimulasi sensori yang bisa dilakukan:
- Visual/penglihatan
- Auditori/pendengaran
- Taktil/sentuhan
- Olfaktori/penciuman
- Gustatori/pengecapan
- Vestibular/keseimbangan
- Proprioseptif/sensasi
- Interoception
Tiga sistem sensori terakhir disebut inner senses. Contoh stimulasi sensori yang bisa dilakukan:
- Stimulasi sensori visual/penglihatan: menggunakan mainan yang berwarna cerah atau yang terdapat lampu/senter berwarna-warni atau mainan yang bergerak lambat.
Aktifitas stimulasi visual
- Stimulasi auditori/pendengaran: bisa dengan mainan yang bersuara seperti rattle/mainan kerincing atau yang terdapat lagu/musik anak-anak.
- Stimulasi taktil/sentuhan: menggunakan mainan berbagai tekstur, mulai dari mainan/tempat bermain yang permukaannya halus, lembut, lembek, kasar, bergelombang, berduri lunak/terdapat tonjolan-tonjolan, dan sebagainya.
Aktifitas stimulasi taktil/sentuhan
- Stimulasi penciuman: Bisa mengenalkan berbagai aneka buah dan sayur. Seperti mangga, jeruk atau tomat, jahe.
- Stimulasi pengecapan: Kenalkan rasa asam dari aneka jeruk, renyah dari kripik atau krupuk, serat dari aneka daging, dingin dari es.
Aktifitas stimulasi vestibular/kesimbangan
- Stimulasi vestibular/keseimbangan yang melibatkan posisi kepala: bisa seperti anak digendong atau diayun ke depan-belakang, kanan-kiri, atas-bawah, berputar atau bisa menggunakan ayunan. Saat memberikan stimulasi vestibular diberikan secara perlahan-lahan terlebih dahulu dan diperhatikan juga respon anak.
- Stimulasi proprioseptif/sensasi sendi: bisa dengan gerakan anak atau orang tua/terapis menekan/memijat/menggerakkan sendi-sendi anak sambil pengenalan anggota tubuh ke anak.
- Stimulasi interoception: bisa dengan kita melihat ekspresi/perilaku anak ketika haus, lapar, BAK, BAB dan kita mengungkapkan secara lisan dan gestur ‘adik haus, mau minum?’, ‘wah perut adik bunyi, laper ya?’ agar anak paham apa yang dirasakan dan latihan untuk mengekspresikannya, dan bisa juga untuk toilet training untuk BAK dan BAB.
Jadi itulah beberapa manfaat okupasi terapi untuk anak dengan kondisi DS. Dan perlu diingat bahwa kondisi setiap anak dengan kondisi DS berbeda dengan individu yang lain maupun sesama DS. Hal ini berpengaruh pada pemberian program terapi karena tergantung kebutuhan dan kondisi anak tersebut. Diharapkan keluarga terutama orang tua lebih peduli terhadap anak, terutama anak dengan kondisi khusus. Karena penanganan yang tepat dan cepat bisa mempercepat perkembangan anak dan meningkatkan kualitas hidup anak itu sendiri.
Jika Anda membutuhkan informasi lengkap mengenai penanganan anak dengan Down Syndrome, hubungi kami di terapipediasuit@gmail.com
Kunjungi situs youtube kami di : https://www.youtube.com/channel/UCYrEJHZhiEigQvxGChKgIPA?view_as=subscriber
Referensi : *https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20735195Ditulis oleh Luthfi Diani Penulis adalah Terapis Okupasi di PSLC

Video can’t be displayed
This video is not available.